Sipet atau sumpit adalah senjata tradisional Suku Dayak yang berbeda dengan senjata lainnya. Jika kebanyakan senaja digunakan dengan cara diayun, maka sipet digunakan dengan cara ditiup. Sipet terbuat dari dua buah bagian yaitu selongsong kayu dan panah. Selongsong sumpit terbuat dari kayu ringan dengan panjang 1,5 hingga 2,25 meter yang disesuaikan dengan usia dan ukuran tubuh penggunanya. Kayu tersebut akan dilubangi sehingga membentuk selongsong dan diujungnya direkatkan pisau logam kecil. Lalu anak panah sipet dibuat dari bambu yang tipis, ringan, diraut tajam, juga dibubuhi dengan racun. Anak panah dimasukkan ke dalam selongsong, lalu sipet ditiup dan anak panah akan melesat ke tubuh lawan maupun mangsa saat berburu. Ujung pisau pada selongsong sumpit berfungsi untuk menikam lawan pada pertarungan jarak dekat.Pada zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru. Yang membuat pihak penjajah gentar itu adalah anak sumpit yang beracun. Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek.
Komentar
Posting Komentar